Pagi ini saya sudah di terminal 3 menuju Semarang
Belum lama saya ke sana, tapi ternyata memang ada yang harus diurus sehingga saya harus kembali ke kota tercinta itu lagi.
Terkait dengan urusan itu, tadi malam saya harus membuka lagi dokumen serta surat-surat yang berhubungan dengan Mas Riza.
Saya tidak menyangka bahwa pekerjaan itu ternyata berat dan menyita emosi saya. Memang,beberapa bulan ini,saya tidak pernah menyentuh dokumen itu lagi.
Pekerjaan baru saya pun sudah cukup mengingatkan saya pada Mas Riza. Mulai dari foto-foto yang ada di komputer kantor hingga kursi yang saya duduki. So,again,saya pikir pekerjaan membongkar dokumennya adalah hal yang mudah.
Tapi...
Tidak seperti itu yang jadi.
Saat saya membuka map dan mata saya menangkap tulisan Surat Keterangan Kematian yang mencantumkan namanya...
Lama kelamaan,tulisan itu pun tampak kabur. Mata saya terasa panas, dan tak lama...tetes air mata tak berhenti mengalir...
Saya ternyata terlalu menganggap enteng hati saya.
Ternyata,sesibuk apa pun saya...
Sejauh apa pun saya berlari dari kenyataan...
Sekeras apa pun saya mencoba melupakan...
Mas Riza masih akan terus ada di hati saya...
Saya, sasha dan mas Riza...akan tetap menjadi satu paket yang tak terpisahkan...
Jejaknya sudah terpatri dalam hati kami...
Luv you,cinta...
skrg kalo baca jurnal mba ika, bukan ikut sedih tp jd ikut merasakan betapa mba ika itu tegar banget. kalo mnrtku gpp, mba...ga usah lari dr kenyataan...biar aja semua kenangan itu terus hidup...somehow itu bisa jadi bahan bakar menjalani hari2.
ReplyDeletehikss... pagi2 jadi ikutan melow, yang sabar ya bu
ReplyDelete*hugs*..... yang kuat yaaaa..... there will definitely be a bright and happy moment for you out there and soon!!!
ReplyDeleteikut tertusuk mbak hatiku...big hugs..
ReplyDelete