Wednesday, April 29, 2009

Bunda & Sha in Gia's Wedding




Minggu lalu Bunda dan Sha must attend a wedding di Bekasi
Rameeeeee banget...
Keluarga Semarang pada kumpul semua
Skaing ramenya, Bunda sama Sha kompakan kecapekan,hehehehe
So jadilah kita berdua sama-sama gampang manyun
Maklum, kita kompak deh, sensi sama segala sesuatu yang berbau rame,hehehe
Tapi, boleh liat di poto ya sodara-sodara...
Biar manyun tapi teteup cantik
Apalagi di foto ini ada yang istimewa...
You will know
How does it look when an angel get angry and ngambek, hehehehehe...
Monggo, dinikmati...

Tuesday, April 28, 2009

Too Much...

I have too much in my head...
I don't know how to get them out...
I wish I have a pensieve...
Just like Dumbledore has
I just want to relax
For a while...
Too much
And
Too tired...

Friday, April 17, 2009

sha & musical instrument

situasi: setelah lihat video Ayah lalu kita membahas cover DVD yang baru Bunda beli.

Sha : Bunda,ini namanya siapa aja?
Bunda: (sambil nunjuk) ini Vinko the Dancing Bear, DJ the Dinosaur, Tempo the Tiger, Oboe the Monkey, Frankie the Elephant...
Sha : oooo...
(trus,covernya dibalik sama Sasha)
Sha : (sambil nunjuk kayak Bunda) Jadi ini Oboe Monyet bawa marakas, trus Vinko Beruang bawa bass, Frankie Gajah main seruling ya
Bunda: (sambil PeDe jaya) Vinko bukannya bawa Cello, Sha?
Sha : Enggak,Bunda, ini Bass... Soalnya gak ada gesekannya kayak Biola... Cello itu kayak biola tapi besar...
Bunda: (tweng...tweng..tweng...tweng...amazed! Hebatlah anak Bunda)

*ditulis dengan perasaan masih amazed atas pengetahuan Sha yang detil dan agak bete karena besok minggu dan minggu depan Sha harus bolos sekolah lagi :(( Bayarnya mahal,tapi bolos muluuuu!*

sha & video ayah

pagi ini, begitu bangun, sha mendeklarasikan ke semua orang bahwa hari ini hari merdekanya untuk nen terus karena Bunda libur. Tapi gak lama,dia langsung duduk dan minta hpnya untuk telpon mama mega (her aunty). Unfortunately, telpon aunty masih off. Langsung dia ganti haluan, aku mau telpon ayah Slam aja (uncle-nya Sasha).

Setelah berhasil nyambung, Sha ngobrol sama ayahnya. Cukup panjang obrolannya. Tapi ya itu,telpon sendiri,begitu udah bosen,langsung ditutup gak pake pamitan,hehehe... Ayahnya padahal terbangun gara-gara telpon,hehehe...

Abis telpon ayah Slam, Sha ganti haluan. HPnya dikutak-kutik untuk liat videonya bersama Ayah Riza. Setelah ketemu,Sha asyik nonton video.

Liat Sha utak-utik telpon, dada saya seperti ditancap pisau...jleb...jleb...jleb.
Denger suara Ayah di video, pisaunya jadi 5...
Liat Sha begitu tekun melihat video itu...rasanya pisau itu jadi 10!

Sha lagi kangen sama Ayah...
Bunda juga...
Kita udah janji untuk kuat kan,Sha
Sama-sama menguatkan ya,Sha

Luv you...

DAMN !!!

DAMN !!!!

*just close your eyes, inhale deeply, exhale slowly...
 just let go, dear...
 let go...
 you'll be fine, dear...
 you'll be fine...
 i know it hurts and it's hard
 but, you'll be fine...
 you'll be fine..."

*written in pain and sadness*

pliss, dont put any comment...i just wanna throw it up...

Thursday, April 16, 2009

Paint Ball In Action!




Naah...ini aksi kita di lapangan

Paintball Seru Part II




Ini para tokoh yang main Paint Ball...
Semua adalah fasilitator PILAR (Pusat Informasi Layanan Remaja) - PKBI Jateng
Kecuali Dhika yang mestinya diajak buat motretin acara,heheeheh
Pengen deh maen lagi...
Seruuu!

Wednesday, April 15, 2009

Menjalani Pilihan...

Pagi ini,
Saya berangkat lebih terlambat dari hari sebelumnya
Saya agak panik karena terlambatnya lumayan banyak
Dan macetnya jalanan sudah mulai menggila

Seperti biasanya, saya yang nebeng mobil papa, selalu turun di Pancoran
kemudian meneruskan perjalanan ke Gatot Subroto sendirian
Banyak kendaraan yang bisa saya pilih
Mulai dari bis, metromini, sampai ojek.

Seperti yang saya sudah ceritakan di sini
Saya mulai gemar naik ojek dan kali ini saya benar-benar mempertimbangkan untuk naik ojek karena diburu waktu.
Dan hari ini, dari mobil, saya mencari motor ojek langganan saya
Walaupun agak ragu, saya berniat untuk naik ojek
Padahal ada godaan juga untuk naik bis 46

Begitu turun dari mobil papa,
Saya langsung disambut oleh bis 46 yang kosong itu
Saya mulai menimbang untuk naik, tapi saya ingat, saya sudah berniat naik ojek
So, saya tetap ke tempat ojek itu dan menemukan bahwa tukang ojek langganan saya tidak di sana.
It means, saya harus menerangkan ke tukang ojek, untuk ke kantor saya harus lewat mana. Tugas yang sulit buat saya, karena saya agak disorder masalah arah, heheheeh *sambil lirik-lirik arie*
Saya juga masih belum tahu gimana dia jalanin motornya karena saya gampang stres dan was-was, jadi saya gak bisa menikmati perjalanan itu.

Pada akhirnya, saya pun tetap memilih naik ojek dan mengawali perjalanan ojek saya dengan deg-degan dan was-was...
Saya mulai mengutuki diri saya, kenapa gak naik bis aja,secara bisnya udah jauh di depan, while si ojek masih stuck. Rasanya nih ojek jadi lama banget...

Lama berhenti macet di antara Pancoran - Kuningan, saya jadi merenung...
Mungkin saya tidak perlu merutuki si ojek ini
Sejak awal saya sudah memilih untuk naik ojek dengan segala resikonya
Intuisi saya sudah bilang, mungkin tukang ojeknya bukan yang biasanya
Tapi tetap saja saya memilih naik ojek
Intinya...saya sudah memilih...dan saat intuisi saya bilang sesuatu, saya tetap memilih naik ojek
Dan seharusnya, semua pilihan pasti tanggung renteng dengan resikonya
Begitu saya memilih, harusnya saya pun sudah siap atas semua resiko dari pilihan saya
Tapi, alih-alih menerima, saya malah berkeluh kesah, menyalahkan faktor lain yang membuat saya susah dan tidak nyaman.
Padahal, susahnya itu kan saya sendiri yang bikin,hehehe...
Seharusnya terima aja tuh jalanan macet..toh bukan karena ojeknya
Akui aja si tukang ojek ini pinter juga bawa motornya, sehingga walaupun badan saya gede kayak gini, dia nyaman aja bawa motornya.
So, no need to worry about anything
Yang membuat saya tidak nyaman dengan perjalanan ini adalah saya sendiri kaaan

Well...
Bicara tentang pilihan ini membuat saya merenung lagi...
It's not about the ojek things that I wanna talk about
Tapi, bahwa begitu banyak pilihan dalam hidup kita yang harus kita buat

Pilihan itu kadang diikuti dengan risiko yang terlihat jelas, tapi kadang juga tidak, sehingga kita sulit untuk memilih
Kadang juga pilihan datang dan kita menentukan pilihan kita dengan mempertimbangkan faktor dari luar diri kita
Saat terhadang oleh kesulitan, kita sering menimpakan kesalahan itu pada sesuatu di luar kita, padahal hal itu membuat kita lebih sulit menjalani apa yang kita pilih dan sulit menemukan jalan keluarnya...while the answer is in ourselves.

You have no one to choose the way you live but yourself. Once you choose it, you have to live with it. Even the reasons that make you decide dont come from you.

Well...
Kembali ke perjalanan saya dengan ojek...
Saya akhirnya tiba di kantor dengan selamat
Plus dapat ucapan terima kasih yang tulus dari Pak Ojek karena sudah menunjukkan jalan tikus yang baru buat dia
Kelak jalan itu bisa menghindarkan dia dari kemacetan dan bisa kembali ke posnya dengan cepat dan bisa mengangkut penumpang lain untuk nafkahnya

Dan saya pun mendapat pelajaran pagi ini...
Untuk tidak takut memilih...karena pada setiap pilihan, ada jawaban yang indah
Selama kita menerima dan berdamai dengan pilihan itu...

Whatta lovely morning...
Terima kasih ya, Pak Ojek




Tuesday, April 14, 2009

Bagaimana KIta Menghadapi Cobaan

Dicopas dari seorang teman...
Betapa tulisan ini menyejukkan hati saya...
Terima kasih ya, Mat...

Taken from Rahmat Hidayat's Facebook Note

Untuk diri sendiri dan seorang teman yang saat ini mudah-mudahan sedang tersenyum :)
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya. Dia bertanya mengapa hidup ini terasa begitu sukar dan menyakitkan. Dia tidak tahu bagaimana untuk menghadapinya. Dia nyaris menyerah kalah dalam kehidupan.Setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.

Ayahnya yang bekerja sebagai tukang masak membawa anaknya itu ke dapur. Dia mengisi tiga buah panci dengan air dan mendidihkannya di atas kompor. Setelah air di dalam ketiga panci tersebut mendidih, dia memasukkan lobak merah ke dalam panci pertama, telur dalam panci kedua, dan serbuk kopi dalam panci terakhir. Dia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata.

Si anak tertanya-tanya dan menunggu dengan tidak sabar sambil memikirkan apa yang sedang dilakukan oleh ayahnya. Setelah 20 menit, si ayah mematikan api. Dia menyisihkan lobak dan meletakkannya dalam mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya dalam mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lain. Lalu dia bertanya kepada anaknya, "Apa yang kau lihat, Nak?"
"Lobak, telur dan kopi", jawab si anak. Ayahnya meminta anaknya memakan lobak itu. Dia melakukannya dan mengakui bahwa lobak itu nikmat. Ayahnya meminta dia mengambil telur itu dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, dia dapati sebiji telur rebus yang matang. Terakhir, ayahnya meminta untuk minum kopi. Dia tersenyum ketika meminum kopi dengan keharuman aroma. Setelah itu, si anak bertanya, "Apa arti semua ini,ayah?"

Si ayah, sambil tersenyum menerangkan bahawa ketiga bahan itu telah menghadapi kesulitan yang sama, direbus dalam air dengan api yang panas tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda. Lobak sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, lobak menjadi lembut dan mudah dimakan. Telur mudah pecah dengan isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras.

Serbuk kopi pula mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, serbuk kopi mengubah warna dan rasa air tersebut. "Kamu termasuk golongan yang mana? Air panas yang mendidih itu umpama kesukaran dan dugaan yang bakal kamu lalui. Ketika kesukaran dan kesulitan itu mendatangimu, bagaimana harus kau menghadapinya ?

Apakah kamu seperti lobak, telur atau kopi?" tanya ayahnya. Bagaimana dengan kita? Apakah kita adalah lobak yang kelihatan keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kita menyerah menjadi lembut dan kehilangan kekuatan. Atau, apakah kita adalah telur yang pada awalnya memiliki hati lembut, dengan jiwa yang dinamis? Namun setelah adanya kematian, patah hati, perpisahan atau apa saja cobaan dalam kehidupan akhirnya kita menjadi menjadi keras dan kaku.

Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kita menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku? Atau adakah kita serbuk kopi? Yang mampu mengubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, menjadi sarana mengubah dirinya mencapai kualitas yang lebih tinggi lagi. Jika kita seperti serbuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk atau memuncak, kita akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitar kita juga menjadi semakin baik.

Antara lobak, telur dan kopi, engkau yang mana?

Catatan Perjalanan Buat Saya

Perjalanan saya ke Semarang kali ini sangat berbeda dari perjalanan-perjalanan saya sebelumnya
Begitu banyak peristiwa, begitu banyak emosi yang tercurah
Sampai akhirnya saya kena "serangan" lagi.

Perjalanan saya kali ini memang perjalanan emosional.
Perjalanan untuk berkumpul lagi dengan teman-teman lama saya dan Ayah
Perjalanan untuk 100 harinya Ayah
Perjalanan untuk mengantarkan Sasha yang meminta pergi ke Semarang
Perjalanan untuk menyelesaikan masalah asuransi saya
Semuanya menyangkut masalah hati
Dan ternyata, saya benar-benar tidak menyiapkan hati saya untuk menghadapi gelombang emosi ini

Awal perjalanan saya pun sudah diawali dengan emosi...
Kemarahan yang tidak bisa saya kendalikan karena masalah sepele
Dan sesampainya di Semarang, saya harus berhadapan dengan diri saya sendiri
Berhadapan dengan logika dan emosi yang sangat tinggi
Sampai saya benar-benar menyadari...
Saya hancur kalau tetap begini

Hari demi hari di sana saya jalani
Mulai dari rasa gembira yang sangat, sedih dan merasa bersalah, kecewa, marah, semua saya jalani
Sampai tiba saat saya merasa sangat kehilangan orang yang biasanya ada untuk saya
Saya menyadari ketiadaannya dan tiba-tiba...tanpa saya sadari...saya kena "serangan" lagi
Saya berusaha mencari sesuatu untuk saya gapai...
Tapi...yang ada hanya ketiadaan...hampa
Emosi saya memuncak lagi...
Kali ini, tangan saya yang luka...tapi untuk sementara, hati saya sedikit terobati

Saya sadar...
Saya harus sendiri kalau ada "serangan" itu
Untuk mengatasinya, saya pun harus jujur pada diri saya, bahwa saya butuh pertolongan
Sebelum saya tambah jatuh...jatuh lebih jauh...

Untungnya, saya ada di Semarang
Dan saya minta bantuan pada orang yang tepat
Saya sedang tidak butuh kata-kata
Saya hanya butuh orang yang bisa mengerti kesendirian saya
Orang yang tau perjalanan panjang saya dengan mas Riza yang sama sekali bukan cerita Cinderella
Orang yang dengan tatapannya saja, mengijinkan saya untuk menangis dan menjadi diri saya sendiri
Saya hanya butuh orang yang mengerti bagaimana menangani saya tanpa banyak bicara
Karena saya terlalu lelah untuk berkata
Tanpa menuntut saya bercerita tentang apa yang terjadi pada saya
I just need a friend in silence...do nothing but only watching
Until the strike gone and i can handle myself again

Dan dalam perjalanan saya pagi ini
Saya menemukan 163 saya lagi
Saya sangat merindukannya
Merindukan tugas-tugas saya mendengarkan permasalahan orang lain
Yang selalu membuat saya merasa saya jauh lebih beruntung dari mereka
Dan masalah saya bukan apa-apa
Dan dalam perjalanan saya pagi ini
Saya merasa jauuuuuuh lebih baik
Karena saya makin melihat bahwa sudah saatnya sudah berjalan lagi

Saya masih berproses
Saya pikir, proses itu bisa berjalan lebih lama
Kalau saya memilih untuk berhenti saat terhadang tembok tinggi
Tapi kalau saya ingin proses itu berjalan lebih cepat, mestinya saya terus berjalan menyusuri tembok itu hingga batas akhir tembok itu dan kemudian melewati tembok itu
Mungkin akan ada banyak hal yang bisa saya temukan dalam perjalanan saya
Daripada saya harus berhenti dan meratap di tembok itu
Mungkin perjalanan saya menyusuri tembok itu akan sulit
Tapi lebih baik dari pada saya tetap tinggal dan tidak menemukan apa pun

Yang saya tau, saya masih terus berproses
Akan ada saat saya jatuh lagi
Akan ada another "strike" yang mungkin lebih hebat lagi
Tapi sekarang saya sudah tau apa yang harus saya lakukan
Mungkin saya akan menyiapkan perban dan betadine atau bahkan bidai (duh, semoga enggak deh kalo yang satu ini)
Mungkin saya juga akan menyiapkan tempat yang lebih aman dan meminimalisir resiko
Dan meyakinkan bahwa saya punya orang yang sudah siap menangani saya
Dan menemani saya dalam diam, lalu saya akan dial 163 saya...
Tidak untuk mencari jawaban, tapi hanya sekedar mendengar suara yang sudah familiar dengan saya...

Yang jelas....saat ini saya harus memulainya dengan satu langkah kecil yang berat
Yaitu berani jujur pada diri saya sendiri...
Dan saya akan memulainya...sekarang...

Jakarta, 14 April 2009
*ditulis saat saya berproses lagi*


Sha dan Kakak-Kakak Di Semarang

Waktu liburan di Semarang kemarin, Sha sempat nginep di rumah Mama Mega dan Ayah Slam selama 2 hari...
So, banyak foto-foto dari sana yang di upload di tempatnya MPnya Mama Mega...
Wuiiih...ternyata anak Bunda so genit di sana...
Pengen tau genitnya kayak apa?
Sok atuh diliat di sini atau copas link ini http://megaperm.multiply.com/photos/album/7/meisje_en_zij_broers#


Sunday, April 12, 2009

mawar...

Dan...
Kutabur mawar ini
Di pusaramu
Kususun mawar yang utuh ini
Di nisanmu
Sambil mengenangmu
Saat berada di pelukmu
Menyalurkan rindu ini
Merasakan kesempurnaanmu
Merasakan kesabaranmu
Bahkan amarahmu

Aku merindukanmu...
Dengan cara yang tidak kumengerti
Aku...
Hanya merindukanmu...

Saat ini
Aku tak butuh kata-kata
Dari siapa-siapa

Aku...
Hanya merindukanmu
Sangaaaat...
Merindumu

*semarang, 13 april 2009...dalam sakitku*

dinamika...

Kemarin pagi, saya bahagia bisa tertawa lepas dan merasa semua masalah saya sudah tertinggal jauuuh di belakang.
Siangnya, saya sedih karena semua keriaan kami berakhir dengan tragedi patah kaki,walaupun semuanya tetap berkesan dalam hati.
Malamnya, saya cemas menghadapi suasana yang menimbulkan beragam emosi di hati.
Hari ini, saya marah...maraaaaah sekali
Sampai kepala saya sakit sekali
Tak terkira rasa sakit di hati ini
Saya sampai tidak mengerti
Harus bagaimana lagi
Semua dinamika ini
Bikin saya bingung sendiri
Apa ini yang namanya neurosis?
Entahlah...
Saya cuma gak mengerti...

Semarang,12 April 2009
*ditulis saat marah sekali*

Thursday, April 9, 2009

siaran lagi

di Semarang pas hari Kamis itu menyenangkan, soalnya bisa mengajukan spesial request ke Pipiet buat siaran di imelda.
So, tadi malem, saya siaran lagi bareng temen-temen Pilar. Materinya cukup menohok juga,hehehe,tentang termehek-mehek.
Kita ngobrolin dari A to Z soal itu,mulai dari arti kata sampe tips mengatasinya.
Dari siaran tadi malam, saya menyadari banyak hal,such as:
1. Perasaan mengharu biru yang lebay itu selalu datang dari dalam diri kita sendiri, bukan karena orang lain. Orang lain atau hal lain cuma penyebab doang.
2. Kita butuh katarsis, apa pun bentuknya. Bisa lewat buku, fb, mp, orang, whatever deh pokoknya. Yang jelas, kita butuh katarsis buat nyampah,hehehe.
3. Kadang,kalo udah belebay, kita butuh orang untuk "menampar" muka kita... Supaya kita sadar bahwa kita belebay...
Well,ternyata,aku sudah melangkah maju lagi,hehehe...
Asyiiiiik,siaran lagi yuuuk....

Maju, Mundur dan Tinggal Sebentar

hmmm...
Ternyata saya masih dalam tahap berproses
Masih dalam tahap mengharmonisasikan perasaan
Masih berusaha berpijak dengan ajeg
Saya harus berjuang mewaraskan diri saya daripada membiarkannya menggila
Kemarin saya berhasil melangkah maju
Saya sempat tinggal sejenak
Dan sekarang agak mundur
Well...saya memang harus terus berproses...

Tuesday, April 7, 2009

Naik Ojek

Akhir-akhir ini, saya lagi akrab banget sama tukang ojek
Soalnya lagi males naik bis sama males naik jembatan penyeberangan,hehehe...
Maklum, untuk mencapai kantor saya dengan naik bis, saya harus lewat jembatan penyeberangan dulu. Kalo naik motor atau taksi, baru bisa turun tepat di depan gedung karena bisa lewat belakang.

Saya menikmati perjalanan dengan ojek itu. Malah saya udah punya tukang ojek tetap (yaaa..soalnya saya udah naik ojeknya dia 3x,hehehehe), jadi saya gak perlu repot-repot nerangin dia harus lewat mana. So, saya bisa enjoy mengamati jalan yang dia ambil, lewat perkampungan kecil yang penuh dengan dinamikanya.

Di perjalanan itu saya lihat ada kos-kosan, ada nasi kuning gorontalo yang bikin saya penasaran kayak apa bentuk dan rupanya karena saya belum pernah tau, ada sekretariat kelurahan atau sekretariat apaaa gitu yang bikin saya tertarik karena desainnya cantik sekali, ada tukang sayur yang menggelar dagangannya di tenda lengkap dengan krat-krat berisi sayuran persis kayak pasar, ada depot mie rebus yang cuma menggelar dagangan seadanya. Pokoknya membumi banget suasananya. Saya pun enjoying perjalanan naik motor itu, reminding me to my everyday journey sama Ayah (yeah, i know he's gone for good, but the memories are stay, kan )
Yang jelas, pemandangan itu membuat saya tetap menjejak bumi dan menyejukkan hati saya sebelum saya harus tiba di gedung kantor yang suasananya hedon banget dan matrealistis (hehehehe) karena semua diukur pake uang dan jabatan.

Alhamdulillah deh, saya punya kesempatan untuk naik ojek. Punya kesempatan untuk memberikan orang lain pekerjaan dengan mengantar saya ke kantor jadinya dia dapat nafkah,hehehehe. Punya kesempatan juga untuk berpikir bahwa kepuasan dan kenikmatan batin gak bisa diukur pake duit. Punya kesempatan untuk menikmati hal-hal kecil yang bikin saya rileks. Dan yang terpenting, semua bikin saya bersyukur bahwa I'm being blessed...

So, rekreasi saya ternyata gak perlu jauh-jauh, cukup naik ojek aja,hehehehehe...

*teteup dong ntar sore liburan ke semarang, pengen makan tahu gimbal pak man di plampitan*

pic dari om google

Naik Ojek

Akhir-akhir ini, saya lagi akrab banget sama tukang ojek
Soalnya lagi males naik bis sama males naik jembatan penyeberangan,hehehe...
Maklum, untuk mencapai kantor saya dengan naik bis, saya harus lewat jembatan penyeberangan dulu. Kalo naik motor atau taksi, baru bisa turun tepat di depan gedung karena bisa lewat belakang.

Saya menikmati perjalanan dengan ojek itu. Malah saya udah punya tukang ojek tetap (yaaa..soalnya saya udah naik ojeknya dia 3x,hehehehe), jadi saya gak perlu repot-repot nerangin dia harus lewat mana. So, saya bisa enjoy mengamati jalan yang dia ambil, lewat perkampungan kecil yang penuh dengan dinamikanya.

Di perjalanan itu saya lihat ada kos-kosan, ada nasi kuning gorontalo yang bikin saya penasaran kayak apa bentuk dan rupanya karena saya belum pernah tau, ada sekretariat kelurahan atau sekretariat apaaa gitu yang bikin saya tertarik karena desainnya cantik sekali, ada tukang sayur yang menggelar dagangannya di tenda lengkap dengan krat-krat berisi sayuran persis kayak pasar, ada depot mie rebus yang cuma menggelar dagangan seadanya. Pokoknya membumi banget suasananya. Saya pun enjoying perjalanan naik motor itu, reminding me to my everyday journey sama Ayah (yeah, i know he's gone for good, but the memories are stay, kan )
Yang jelas, pemandangan itu membuat saya tetap menjejak bumi dan menyejukkan hati saya sebelum saya harus tiba di gedung kantor yang suasananya hedon banget dan matrealistis (hehehehe) karena semua diukur pake uang dan jabatan.

Alhamdulillah deh, saya punya kesempatan untuk naik ojek. Punya kesempatan untuk memberikan orang lain pekerjaan dengan mengantar saya ke kantor jadinya dia dapat nafkah,hehehehe. Punya kesempatan juga untuk berpikir bahwa kepuasan dan kenikmatan batin gak bisa diukur pake duit. Punya kesempatan untuk menikmati hal-hal kecil yang bikin saya rileks. Dan yang terpenting, semua bikin saya bersyukur bahwa I'm being blessed...

So, rekreasi saya ternyata gak perlu jauh-jauh, cukup naik ojek aja,hehehehehe...

*teteup dong ntar sore ke semarang, pengen makan tahu gimbal pak man di plampitan*

Monday, April 6, 2009