Pagi ini,
Saya berangkat lebih terlambat dari hari sebelumnya
Saya agak panik karena terlambatnya lumayan banyak
Dan macetnya jalanan sudah mulai menggila
Seperti biasanya, saya yang nebeng mobil papa, selalu turun di Pancoran
kemudian meneruskan perjalanan ke Gatot Subroto sendirian
Banyak kendaraan yang bisa saya pilih
Mulai dari bis, metromini, sampai ojek.
Seperti yang saya sudah ceritakan di sini
Saya mulai gemar naik ojek dan kali ini saya benar-benar mempertimbangkan untuk naik ojek karena diburu waktu.
Dan hari ini, dari mobil, saya mencari motor ojek langganan saya
Walaupun agak ragu, saya berniat untuk naik ojek
Padahal ada godaan juga untuk naik bis 46
Begitu turun dari mobil papa,
Saya langsung disambut oleh bis 46 yang kosong itu
Saya mulai menimbang untuk naik, tapi saya ingat, saya sudah berniat naik ojek
So, saya tetap ke tempat ojek itu dan menemukan bahwa tukang ojek langganan saya tidak di sana.
It means, saya harus menerangkan ke tukang ojek, untuk ke kantor saya harus lewat mana. Tugas yang sulit buat saya, karena saya agak disorder masalah arah, heheheeh *sambil lirik-lirik arie*
Saya juga masih belum tahu gimana dia jalanin motornya karena saya gampang stres dan was-was, jadi saya gak bisa menikmati perjalanan itu.
Pada akhirnya, saya pun tetap memilih naik ojek dan mengawali perjalanan ojek saya dengan deg-degan dan was-was...
Saya mulai mengutuki diri saya, kenapa gak naik bis aja,secara bisnya udah jauh di depan, while si ojek masih stuck. Rasanya nih ojek jadi lama banget...
Lama berhenti macet di antara Pancoran - Kuningan, saya jadi merenung...
Mungkin saya tidak perlu merutuki si ojek ini
Sejak awal saya sudah memilih untuk naik ojek dengan segala resikonya
Intuisi saya sudah bilang, mungkin tukang ojeknya bukan yang biasanya
Tapi tetap saja saya memilih naik ojek
Intinya...saya sudah memilih...dan saat intuisi saya bilang sesuatu, saya tetap memilih naik ojek
Dan seharusnya, semua pilihan pasti tanggung renteng dengan resikonya
Begitu saya memilih, harusnya saya pun sudah siap atas semua resiko dari pilihan saya
Tapi, alih-alih menerima, saya malah berkeluh kesah, menyalahkan faktor lain yang membuat saya susah dan tidak nyaman.
Padahal, susahnya itu kan saya sendiri yang bikin,hehehe...
Seharusnya terima aja tuh jalanan macet..toh bukan karena ojeknya
Akui aja si tukang ojek ini pinter juga bawa motornya, sehingga walaupun badan saya gede kayak gini, dia nyaman aja bawa motornya.
So, no need to worry about anything
Yang membuat saya tidak nyaman dengan perjalanan ini adalah saya sendiri kaaan
Well...
Bicara tentang pilihan ini membuat saya merenung lagi...
It's not about the ojek things that I wanna talk about
Tapi, bahwa begitu banyak pilihan dalam hidup kita yang harus kita buat
Pilihan itu kadang diikuti dengan risiko yang terlihat jelas, tapi kadang juga tidak, sehingga kita sulit untuk memilih
Kadang juga pilihan datang dan kita menentukan pilihan kita dengan mempertimbangkan faktor dari luar diri kita
Saat terhadang oleh kesulitan, kita sering menimpakan kesalahan itu pada sesuatu di luar kita, padahal hal itu membuat kita lebih sulit menjalani apa yang kita pilih dan sulit menemukan jalan keluarnya...while the answer is in ourselves.
You have no one to choose the way you live but yourself. Once you choose it, you have to live with it. Even the reasons that make you decide dont come from you.
Well...
Kembali ke perjalanan saya dengan ojek...
Saya akhirnya tiba di kantor dengan selamat
Plus dapat ucapan terima kasih yang tulus dari Pak Ojek karena sudah menunjukkan jalan tikus yang baru buat dia
Kelak jalan itu bisa menghindarkan dia dari kemacetan dan bisa kembali ke posnya dengan cepat dan bisa mengangkut penumpang lain untuk nafkahnya
Dan saya pun mendapat pelajaran pagi ini...
Untuk tidak takut memilih...karena pada setiap pilihan, ada jawaban yang indah
Selama kita menerima dan berdamai dengan pilihan itu...
Whatta lovely morning...
Terima kasih ya, Pak Ojek
tul mbak.. setiap pilihan pasti ada plus minusnya..
ReplyDeletePak Ojek: "Terima kasih juga bu. Tadi lewat jalan tikus kan? Tapi mana tikusnya?
ReplyDeleteLumayan kan buat bikin baso?"
He he he!
pelajaran dari tiap langkah yang kita lakukan ya ka...
ReplyDeletethanks juga buat sharingnya... mengingatkan ku ttg pilihan itu
iya, cik...
ReplyDeletekita hanya harus bertanggung jawab pada pilihan itu...
huehehehehehehe...
ReplyDeleteaku tunjukin aja ya, Eyang...
nanti Eyang yang tangkap
hehehe...
iya, mbak eva...
ReplyDeletesama-sama...
kita gak akan pernah berhenti belajar....
Hidup adalah sebuah pilihan dan ga selamanya sebuah pilihan itu berjalan baik tapi bagaimana kita bisa iklas menjalaninya....
ReplyDeleteHoreeeeee saya punya temen hehehe
ReplyDeleteTosss.... sesama pengojek dilarang ngebuuut !!
ReplyDeleterenungan yang indah!!!!!
ReplyDeletesemoga hari ini indah, seindah makna renungan yang di ilhami pagi ini.... :)
buat gw, ojek tuh oenyelamat kalo pulang, bebas maceto hihihihi
ReplyDeletenice thought! thanks Mbak Ika! :)
ReplyDeletebeneeeeeer,mbak vivie... :)
ReplyDeletewaaaah...ternyata bukan saya aja yaaa...
ReplyDeletetoss juga, bu....
ReplyDeletehalo, mbak :)
ReplyDeletehari ini, insya Allah, indah :)
wakakakakakakakakaka...
ReplyDeletegue kalo pulang punya tebengan :))
you welcome, mbak kristin...
ReplyDeletekebetulan hari ini gw lagi ga narik ka...hihihiiii
ReplyDeletelaaah...panteeeess...
ReplyDeletegue clingak-clinguk sampe pegel elo gak keliatan :))
indeed, arie...
ReplyDeleteEmbaaak...
ReplyDeleteAku tuh suka begitu, ngga bisa bertanggungjawab atas pilihanku sendiri, menyalahkan keadaan & orang lain.
Makasih ya udah mengingatkan mba...