
Ini sarapannya Sasha...
Bunda : De, namanya Cinta atau Tung Tung...
Sasha : Namaku Tung Tung
Bunda : Lho, bukannya Cinta?
Sasha : Enggak, Tung Tung....
Bunda : Iya deh, Tung. Kalo gitu, Bunda namanya Dung DUng, Bundanya Tung Tung?
Sasha : Tung Tung Dung Dung, kok jadi kayak musik topeng monyet ya?
Bunda : Huehehehehehehhehhehe
Ini percakapan Bunda sama Sasha...
Kalo tanya apa artinya Tung-Tung?
Bunda juga gak tau...
Suka aja manggil Sasha pake nama Tung-tung,hehehehe
Bunda : De, namanya Cinta atau Tung Tung...
Sasha : Namaku Tung Tung
Bunda : Lho, bukannya Cinta?
Sasha : Enggak, Tung Tung....
Bunda : Iya deh, Tung. Kalo gitu, Bunda namanya Dung DUng, Bundanya Tung Tung?
Sasha : Tung Tung Dung Dung, kok jadi kayak musik topeng monyet ya?
Bunda : Huehehehehehehhehhehe
Ini percakapan Bunda sama Sasha...
Kalo tanya apa artinya Tung-Tung?
Bunda juga gak tau...
Suka aja manggil Sasha pake nama Tung-tung,hehehehe
Great Choise To Join in Tagged
Aug 27, 2008, 9:26 am
Buat nambah temen, eee siapa tau membawa manfaat...karena banyak temen banyak sahabat akan mendatangkan rejeki....
Tapi ingat, kejujuran merupakan modal utama diforum ini...
So..let's to join...
(ini di Tagged-Johan )
Great Choise To Join in Tagged
Aug 27, 2008, 9:26 am
Buat nambah temen, eee siapa tau membawa manfaat...karena banyak temen banyak sahabat akan mendatangkan rejeki....
Tapi ingat, kejujuran merupakan modal utama diforum ini...
So..let's to join...
(ini di Tagged-Johan )
----- Original Message -----From: ika kharismaSent: Monday, January 12, 2009 9:42 AMSubject: Re: Terima Kasih Banyak Atas Dukungan dari Keluarga Milis SehatDear Mbak Ratna,
Mbak, seandainya saja mas Riza tidak mempersiapkan saya sejak lama, saya mungkin tidak bisa setegar ini...
Kalau saja tidak ada sasha, saya mungkin juga masih larut dalam kedukaan...
Kalau saja saya tidak lihat koran atau tv, saya masih merasa sayalah orang paling sengsara di dunia...
Tapi, saat saya bersedih, saya teringat kata-kata mas Riza yang selalu diulangnya..."dek, saya merasa saya tidak lama hidup di dunia ini...", terlebih, saya bukanlah pemiliknya, yang memiliki Mas Riza
saat saya lihat sasha, saya merasa berkhianat bila terus-terusan sedih... karena bila saya sedih, dia juga ikut merasakannya...
saat saya melihat ibu-ibu di palestina, terlepas dari apapun agama saya, saya masih merasa jadi orang paling beruntung sedunia...
tapi yang paling menguatkan saya adalah sahabat-sahabat baru saya di milis...
Mbak...terima kasih sudah mau jadi teman saya...
Terima kasih sudah menguatkan saya...
don't lose contact ya, bu...
bantuin saya jagain sasha ya :)
thanks....
-ika & aisha johan-
----- Original Message -----From: ika kharismaSent: Monday, January 12, 2009 9:42 AMSubject: Re: Terima Kasih Banyak Atas Dukungan dari Keluarga Milis SehatDear Mbak Ratna,
Mbak, seandainya saja mas Riza tidak mempersiapkan saya sejak lama, saya mungkin tidak bisa setegar ini...
Kalau saja tidak ada sasha, saya mungkin juga masih larut dalam kedukaan...
Kalau saja saya tidak lihat koran atau tv, saya masih merasa sayalah orang paling sengsara di dunia...
Tapi, saat saya bersedih, saya teringat kata-kata mas Riza yang selalu diulangnya..."dek, saya merasa saya tidak lama hidup di dunia ini...", terlebih, saya bukanlah pemiliknya, yang memiliki Mas Riza
saat saya lihat sasha, saya merasa berkhianat bila terus-terusan sedih... karena bila saya sedih, dia juga ikut merasakannya...
saat saya melihat ibu-ibu di palestina, terlepas dari apapun agama saya, saya masih merasa jadi orang paling beruntung sedunia...
tapi yang paling menguatkan saya adalah sahabat-sahabat baru saya di milis...
Mbak...terima kasih sudah mau jadi teman saya...
Terima kasih sudah menguatkan saya...
don't lose contact ya, bu...
bantuin saya jagain sasha ya :)
thanks....
-ika & aisha johan-
Tiada kata lain yang mampu aku ucapkan untuk sahabat-sahabat baruku di MP...
Belum pernah kita bertatap muka,
Belum pernah bibir berucap sapa,
Namun hati serasa telah bertaut lama
Sahabat-sahabatku...
Terima kasih atas dukungan kalian semua
Tanpa dukungan, aku tak punya tenaga
Untuk menghadapi kenyataan yang ada...
Sahabat-sahabatku,
Terima kasih telah kau buka hatimu untukku
Terima kasih telah terbitkan tulus di hatimu...
Saya dan Sasha akan selalu butuh dampingan Sahabat-sahabat semua....
Keep in touch ya...
Akan terlalu panjang nama-nama yang saya tuliskan disini
Yang jelas, kalianlah keluarga dan saudara baru kami....
Dearest Mbak Helvy...
Sebelumnya, saya mohon maaf kalau menulis surat terbuka ini untuk mbak Helvy
Saya sudah lama jadi kontak mbak Helvy di MP, tapi jarang liat tulisan mbak Helvy muncul di blog saya...
Saya sangat ingin surat ini dibaca mbak Hevly, sekedar untuk share, tapi akan sangat senang bila saya juga mendapat kekuatan dari mbak Helvy...
Mengawali surat saya, ijinkan saya menulis kronologis peristiwa saya, agar bisa lepas sebagian pening saya... Kata adik saya, menulis pastilah jadi penyalur emosi, mengingat saya bukanlah seorang pembicara yang baik....
30 Desember 2008
Siang itu saya pulang awal dari kantor untuk mencari tiket kereta Jakarta - Semarang untuk suami saya beserta dua orang tetangga saya yang akan menemaninya mengambil mobil dan barang-barang untuk pindah dari Semarang ke Jakarta untuk bekerja dan bersatu kembali dengan saya dan Aisha (3th), putri tunggal kami, yang sudah setahun ada di Jakarta.
Sebelum saya menuju stasiun kereta untuk mencari tiket, saya makan siang bersama teman lama dari Semarang di Grand Indonesia dan saya sempatkan mampir ke Gramedia.
Buku "Catatan Pernikahan" karangan mbak Helvy tertangkap mata saya dan mulai saya buka lembarannya... dalam hati saya berucap, "saya perlu buku ini untuk lebih memahami maksud suami saya dengan kata-katanya yang filosofis akhir-akhir ini. buku ini pasti bisa menerjemahkan kata-katanya ke sikap yang aktual, karena saya kurang paham dengan kata-kata berbunganya". So, buku itulah yang saya bayar di kasir untuk saya miliki.
Setelah itu, barulah saya pergi ke stasiun untuk membeli tiket keretanya...
31 Desember 2008
Lagi-lagi, siang itu kantor tidak penuh jadualnya. Kami pergi ke Senayan City untuk farewell party seorang kolega yang berakhir masa baktinya di bulan Desember itu. Sebelum berangkat saya chatting dengannya...mengabarkan padanya bahwa ada yang iri pada suami saya...beruntung sekali mau mencarikan tiket kereta untuk suaminya. Suami saya membalasnya dengan mengirimkan puisi, bisa dibaca di sini. Setelah farewell party, saya sms suami saya, "ayah, bunda ada di Senayan City, mau pulang jam berapa? kalau bisa pulang sore, bunda ke kantor ayah saja, nanti pulang sama-sama. kan ayah mau ke semarang." Jawabnya, "insya Allah jam 4. kok bunda tau aja, rencananya ayah mau ajak ke PS, tapi malas." Kemudian, saya beranjak ke kantornya. Smsnya lagi, " Bunda, dandan yang cantikya. Ayah promosi istriku keturunan timur tengah." Saya hanya tersenyum membacanya karena dia hanya meledek. DIa tau benar istrinya tidak pernah berdandan, dari awal dia kenal saya. Sorenya saat berangkat menuju stasiun, dia berpesan pada Aisha, "Dek, jaga Bunda buat Ayah ya." Diulurkannya tangannya untuk saya cium. Entah kenapa, agak lama baru saya sambut tangannya, saya cium pipinya, lalu agak lama dia tertegun, baru diciumnya pipi saya. Menjelang keberangkatan kereta, dia sms saya, "Bunda, kereta mau berangkat." Saya balas, "Ya... hati-hati di jalan"
1 Januari 2009
Sms dari suami saya..."Bunda, kita sudah sampai 15 menit yang lalu. Orang-orang (teman perjalanannya) lagi aku ajak makan." Paginya, dia telepon Sha, mengabarkan bahwa dia sudah sampai, ngobrol cukup panjang dengan Sha dan kemudian bilang, "Ya, Sha, nanti ayah pulang..."
Siangnya saya ganti sms mengabarkan saya dan Sha akan jalan-jalan di Senayan City melihat Dora. Lalu, tidak ada sms atau pun telepon yang masuk ke hp saya lagi.
2 Januari 2009
Sekitar pukul 06.00 saya tengok hp saya... tidak ada sms. Tumben, batin saya...
Pukul 06.30, saya kirim sms, "Yah, jadinya pulang kapan."
Pukul 06.45, ayah saya yang sedang ada di Semarang telepon, "Ika, sabar ya, Nak...suamimu kecelakaan. Sekarang di RS Cito Karawang."
Saya hanya bisa termangu... Tak lama, "Pa, gimana keadaannya...?" Jawab Papa, "Berangkatlah ke RS, nak. Ambil air wudhu, sholat." Saya lemas... tapi saya butuh akal sehat. Saya tidak sanggup berangkat ke RS. Terlintas di benak, suami saya sudah dipanggil-NYa. Saat itu, yang ada di rumah cuma saya, Sasha (Aisha) dan adik saya. Saya minta adik saya ke RS. Sebelumnya, menghubungi bude di Bekasi agar bisa sampai duluan ke rumah sakit.
Pukul 08.00, saya sholat...minta pada Sang Maha Pemilik untuk membuat saya tegar menghadapi apapun yang terjadi. Selesai saya sholat, tante saya menghambur memeluk saya..."Ika, suamimu sudah tiada...." Saya cuma bisa menjerit dan menangis, sebentar, karena saya sadar...ada Sasha...yang tadi sudah saya beritahu bahwa ayahnya kecelakaan, dan dia sudah bertanya apakah ayahnya berdarah karena kecelakaan itu....
Saya peluk Sasha, saya minta maaf padanya...karena ia telah menjadi yatim pada usia 3 th.
Pukul 08.05, Papa telepon, menanyakan apakah jenazah akan dibawa ke Jakarta atau ke Semarang, saya putuskan untuk menyerahkan kembali suami saya ke keluarga besarnya di Semarang dan sesuai yang pernah diamanahkannya ke saya...ia mau dimakamkan di dekat ayahnya.
Pukul 19.50. Jenazah tiba di Semarang. Adik saya yang mengiringi jenazah langsung saya cari... Saya cuma bisa tanya, apakah orang tercintaku kesakitan... Jawabnya singkat..."Kak, loe udah baca Mas Gagah kan... kira-kira, seperti itulah Mas Riza pergi... Dia pergi dengan tenang... (Mas Gagah means...Ketika Mas Gagah Pergi)
3 Januari 2008
Pukul 04.00, saya bangun dengan kehampaan luar biasa, kesedihan yang tak terkira... saya mencoba menangis lama, menghabiskan lara saya... Tapi saya tersadar, bahwa saya hanya dipinjamkan sebentar oleh Sang Maha Punya...bahwa adalah hak-Nya untuk mengambil apa yang DIa punya. Dan saya berterima kasih telah dipinjamkan seorang yang begitu baik untuk mengisi hidup saya. Lalu saya kembalikan suami saya kepada-Nya. Alhamdulillah, rasa hampa dan sedih itu serasa sirna, berganti dengan kekuatan serta tekad untuk meneruskan cita-citanya....
Pukul 09.00 Sasha bilang ingin melihat ayahnya. Saya tunjukkan pada Sasha bahwa ayahnya akan pergi ke rumah Allah dengan mobil berwarna coklat (karena ditempatkan di peti). Sha tanya, apa ayah nyetir mobil sambil duduk atau sambil tidur... Saya jawab, ayah nyetir sambil tidur karena sudah tidak bisa duduk lagi. Perjalanan ayah akan lewat bawah tanah. Sha bilang, kasian ayah, di bawah kan gak ada lampunya... Saya cuma jawab...dengan doa Sasha, ayah akan diberikan lampu terang oleh Allah...
Lalu Sha say good bye pada ayah seraya bilang we love you, ayah... Saya dan Sha berjanji untuk saling menguatkan.
Pukul 10.30, ayah Sha diantarkan ke rumahnya yang terakhir...
6 Januari 2009
Saya kembali ke Jakarta. Buku mbak Helvy memanggil saya untuk memulai membaca. Ternyata dugaan saya tak salah. Seharusnya, saya membacanya sejak awal, sehingga saya paham apa maksud suami saya... apa maksud dari kata-kata filsafatisnya...
Saya ingin menangis lagi...tapi tak bisa... Saya sudah sadar penuh, bahwa saya tidak punya hak atas apa-apa... Suami saya adalah hak penciptanya...
9 Januari 2009
Malam ini saya beranikan untuk membuka internet. Kawan-kawan MP yang sudah menyapa saya lewat MP maupun sms sudah memberikan kekuatan bagi saya.
Sebagaimana yang ditulis mbak Helvy di buku... Tiba-tiba Saudara... Ya, saya mendapatkan banyak kekuatan dari Saudara-saudara baru saya...
Saya bertekad untuk berbagi cerita saya untuk semua..., terutama mbak Helvy karena lewat buku Mbak Helvy, saya seperti mendapat pencerahan untuk menjadi diri saya yang lebih baik.
Dearest mbak Helvy,
Peer saya masih panjang... Peer untuk menjaga Aisha akan berat bila dilakukan sendiri...
Tapi saya yakin semua akan bantu saya...walau hanya sekedar membaca tulisan saya.
Oya, Saya sudah lama ikuti cerita mbak Helvy lewat annida semasa SMA dulu.... juga tentang FLP. Dan ternyata benar...menulis bisa jadi obat buat saya....
Wah...sudah pagi... saya harus berhenti menulis...
Well, semoga mbak Helvy bisa baca surat saya...
Salam hormat,
-ika-
Saat Kusentuh Jemarimu Dengan Mesra Author: Abu Aufa Jemari itu tak lagi lentik, terasa beda saat pertama kali disentuh kala malam pertama. Kulitnya bersisik dan berkerut, karena getir kehidupan. Guratan bekas parutan pun membuatnya bertambah kasar. Tak jarang jemari itu basah, menahan kristal-kristal bening yang menggenang di telaga mata, pedih... teringat pedasnya kata-kata yang pernah menusuk hati. Kala keheningan malam menjamu temaramnya rembulan, diukirnya do'a-do'a dengan goresan harapan, khusyu', berharap regukan kasih sayang dari Sang Pemilik Cinta. Hingga tubuh penat itupun bangkit, menatap belahan jiwa dengan tatapan cinta, kemudian perlahan dikecupnya sang kakanda dengan mesra. Indah... Sungguh teramat indah Al Qur'an melukiskannya, "Mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka." [Al-Baqarah 187] Adakah yang lebih indah dari rasa kasih sayang diantara kedua insan yang berlainan jenis dalam sebuah ikatan pernikahan? Ia adalah sebuah mitsaqan ghalidza (perjanjian yang kuat), karenanya yang haram menjadi halal, maksiat menjadi ibadah, kekejian menjadi kesucian dan kebebasan pun menjadi sebuah tanggung jawab. Dua hati yang berserakan akhirnya bertautan, ibadah... hanya itu yang dijadikan alasan. Keindahan cinta dalam sebuah mahligai pernikahan adalah harapan penghuninya. Cinta akan membuat seseorang lebih mengutamakan yang dicintainya, sehingga seorang istri akan mengutamakan suami dalam keluarga, dan seorang suami tentu akan mengutamakan perlindungan dan pemberian nafkah kepada istri tercinta. Cinta memang dapat berbentuk kecupan sayang, kehangatan, dan perhatian, namun bunga cinta tetaplah membutuhkan pupuk agar selalu bersemi indah. Karenanya, segala kekurangan akan menumbuhkan kebesaran jiwa, bahkan air mata yang mengalir itu pun adalah sebagai tanda kesyukuran kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena IA telah memberikan pasangan hidup yang selalu bersama mengharap keridhoan-Nya. Lalu, masihkah kehangatan itu nyata seiring bertambahnya usia pernikahan? Aaah... Kadang kita sebagai suami lebih sering bersikap dzalim. Kesibukan tiada henti, rutinitas yang selalu dijumpai, lebih menjadi 'istri' daripada makna istri itu sendiri. Masihkah ada curahan kelembutan dari seorang qowwam (pemimpin) yang teduh? Adakah belaian kasih sayang yang begitu hangat seperti kala pertama kedua hati bersatu? Saat-saat awal pernikahan, duhai sungguh romantis. Rona mata penuh makna cinta terpancar saat saling berpandangan, kedua tangan saling bergandengan, hingga jemari tersulam mesra. Tak lupa bibir melantunkan seuntai nada ...Sambutlah tanganku ini / Belailah dengan mesra / Kasihmu hanya untukku / Hingga akhir nanti... Amboi... sungguh membuat iri mata yang memandang. Malam dan siang silih berganti mewarnai hari, susah senang hilang timbul bagaikan gelombang laut, keluh dan bosan pun kadang menelusup, hingga akhirnya lirik lagu cinta pun meredup ...Sepanjang jalan kenangan kita selalu bergandeng tangan / Sepanjang jalan kenangan kupeluk dirimu mesra / Hujan yang rintik-rintik di awal bulan itu / Menambah nikmatnya malam syahdu... Akhirnya kemesraan pun hanyalah sekedar kenangan. Entahlah... Entah kemana canda yang dahulu pernah membuat istri kita tertawa bahagia, ciuman di kening seraya berpesan "Baik-baik ya di rumah," atau pun sekedar ucapan salam "Assalaamu alaykum ummi," saat akan keluar rumah. Bahkan, lupa kapan terakhir tangan ini menyentuh, menggenggam mesra jemari istri tercinta. Padahal dosa-dosa akan berguguran dari sela-sela jemari saat kedua tangan disatukan. Duhai Allah, Airmata itu pernah tumpah, deras bercucuran Luruh dalam isakan, menyayat kepedihan Hanya karena enggan jemari ini bersentuhan Ampuni diri yang dzalim ini yaa Allah Sadarkan, sebelum saatnya harus beranjak pergi Jauh, dan... tak akan pernah kembali Wallahua'lam bi showab. *IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA* Al-Hubb Fillah wa Lillah, |
Cinta...
Ini kiriman puisi terakhirmu untuk Bunda...
Terima kasih sudah kau nyatakan cintamu dengan segenap hatimu...
Aku pun mencintaimu dengan segenap jiwa ragaku...
Ya Rabb...
Kukembalikan orang tercinta yang pernah Kau kirim untukku
Dialah orang terbaik untukku dari-Mu
Dengan sepenuh hati kusadari
Bahwa tiada yang memiliki dia selain Mu
Hanya kupinta pada-Mu
Beri aku sedikit kekuatan-Mu
Untuk menghadapi semua ini
Pun sedikit ilmu-Mu
untuk memberi pemahaman bagi si kecil yang Kau titipkan juga padaku
Bahwa Ayahnya telah mendapat tempat terbaik di sisi-Mu
Ya Rabb,
Aku menyadari sepenuhnya bahwa hanya Kau yang berhak atas kami
dan hanya pada-Mu lah kami berserah...
Luv u, Ayah...
Always...
Ayah, betapa bunda kaget waktu buka e-mail bunda malam ini karena ini yang ada di list pertama inbox bunda... johan sends a champagne | |
|
To accept this gift please click the following link:
Message from johan :
Enjoy your gift,
Share ringtones, songs, documents with your Shtyle.fm friends. 100MB of online storage space with your account.
Ayah,
Thanks ya, Yah..atas kiriman champagne-nya dari surga
Ayah sudah pergi ke rumah Allah hari Jumat lalu tanggal 2 Januari
tapi masih sempat kirim hadiah buat Bunda hari ini.
Cinta,
Hari ini Bunda juga baru berani buka e-mail Bunda.
Bunda takut runtuh baca e-mail-email dari ayah.
Karena Bunda harus tegar buat Sasha...juga buat Bunda sendiri.
Ayah,
Hari ini genap 1 minggu Ayah pergi...
Rasanya baru kemarin Ayah say good bye mau ke Semarang
Rasanya baru kemarin AYah kirim puisi yang Bunda bilang gombal
Tapi ternyata Ayah sekarang sudah ada dalam dekapan-Nya.
Cinta,
Kamu pasti bangga...
Betapa banyak orang yang mengantarmu ke peristirahatan terakhir..
Sampe bikin macet jalan di Semarang
Betapa itu bukti bahwa begitu banyak orang yang menyayangi dan mencintaimu
Tapi ternyata Allah jauh lebih menyayangimu sehingga Ia ingin menjagamu sendiri...
Dipanggil-Nya Ayah lebih dahulu daripada kami, agar Ayah mendapat tempat terbaik di sisi-NYa
Cinta,
Jujur, aku kadang ingin marah...ingin teriak, kenapa kamu egois meninggalkan aku dan Sasha di sini
Terlebih saat Sasha bilang...kenapa Ayah kecelakaan? Sasha kan udah bilang Ayah untuk becareful tapi kenapa Ayah gak hati-hati jadinya Ayah kecelakaan...!
Ayah...gimana Bunda harus jawab pertanyaan dari gadis kecil 3 tahunmu itu...?
Apa yang harus Bunda bilang, Ayah?
Ayah,
Ayah sekarang sudah jauh dari Bunda...
Tapi seperti puisi yang akan Ayah berikan hadiah ultah buat bunda November lalu...tapi akhirnya Ayah ucapkan lisan...
Ayah akan selalu dekat dan hidup di hati Bunda, juga Sasha...
Saat Bunda butuh genggaman Ayah di saat Bunda lelah....BUnda yakin Ayah ada untuk menggenggam tangan Bunda.
Cinta,
Maafkan Bunda yang tidak pernah romantis ke Ayah...
Maafkan segala keluh Bunda yang selalu membuat Ayah bekerja lebih keras untuk menyenangkan Bunda...
Maafkan Bunda yang seringkali lalai melayani Ayah...
Tapi, Bunda selalu mencintai Ayah dengan segenap hati Bunda...
Semoga Allah menyatukan kita lagi pada saat kita dibangkitkan-Nya kembali...
Luv u, Cinta...
I always love you....
-bunda & sasha-
PS:
Ayah...kenapa kirimnya champagne...kan haram buat kita
besok lagi kirimnya coklat ya, hehehe
Smile, Ayaha...Bunda dan Sasha juga lagi smile kok
Lup u...
Tiada kata lain yang mampu aku ucapkan untuk sahabat-sahabat baruku di MP...
Belum pernah kita bertatap muka,
Belum pernah bibir berucap sapa,
Namun hati serasa telah bertaut lama
Sahabat-sahabatku...
Terima kasih atas dukungan kalian semua
Tanpa dukungan, aku tak punya tenaga
Untuk menghadapi kenyataan yang ada...
Sahabat-sahabatku,
Terima kasih telah kau buka hatimu untukku
Terima kasih telah terbitkan tulus di hatimu...
Saya dan Sasha akan selalu butuh dampingan Sahabat-sahabat semua....
Keep in touch ya...
Akan terlalu panjang nama-nama yang saya tuliskan disini
Yang jelas, kalianlah keluarga dan saudara baru kami....
Dearest Mbak Helvy...
Sebelumnya, saya mohon maaf kalau menulis surat terbuka ini untuk mbak Helvy
Saya sudah lama jadi kontak mbak Helvy di MP, tapi jarang liat tulisan mbak Helvy muncul di blog saya...
Saya sangat ingin surat ini dibaca mbak Hevly, sekedar untuk share, tapi akan sangat senang bila saya juga mendapat kekuatan dari mbak Helvy...
Mengawali surat saya, ijinkan saya menulis kronologis peristiwa saya, agar bisa lepas sebagian pening saya... Kata adik saya, menulis pastilah jadi penyalur emosi, mengingat saya bukanlah seorang pembicara yang baik....
30 Desember 2008
Siang itu saya pulang awal dari kantor untuk mencari tiket kereta Jakarta - Semarang untuk suami saya beserta dua orang tetangga saya yang akan menemaninya mengambil mobil dan barang-barang untuk pindah dari Semarang ke Jakarta untuk bekerja dan bersatu kembali dengan saya dan Aisha (3th), putri tunggal kami, yang sudah setahun ada di Jakarta.
Sebelum saya menuju stasiun kereta untuk mencari tiket, saya makan siang bersama teman lama dari Semarang di Grand Indonesia dan saya sempatkan mampir ke Gramedia.
Buku "Catatan Pernikahan" karangan mbak Helvy tertangkap mata saya dan mulai saya buka lembarannya... dalam hati saya berucap, "saya perlu buku ini untuk lebih memahami maksud suami saya dengan kata-katanya yang filosofis akhir-akhir ini. buku ini pasti bisa menerjemahkan kata-katanya ke sikap yang aktual, karena saya kurang paham dengan kata-kata berbunganya". So, buku itulah yang saya bayar di kasir untuk saya miliki.
Setelah itu, barulah saya pergi ke stasiun untuk membeli tiket keretanya...
31 Desember 2008
Lagi-lagi, siang itu kantor tidak penuh jadualnya. Kami pergi ke Senayan City untuk farewell party seorang kolega yang berakhir masa baktinya di bulan Desember itu. Sebelum berangkat saya chatting dengannya...mengabarkan padanya bahwa ada yang iri pada suami saya...beruntung sekali mau mencarikan tiket kereta untuk suaminya. Suami saya membalasnya dengan mengirimkan puisi, bisa dibaca di sini. Setelah farewell party, saya sms suami saya, "ayah, bunda ada di Senayan City, mau pulang jam berapa? kalau bisa pulang sore, bunda ke kantor ayah saja, nanti pulang sama-sama. kan ayah mau ke semarang." Jawabnya, "insya Allah jam 4. kok bunda tau aja, rencananya ayah mau ajak ke PS, tapi malas." Kemudian, saya beranjak ke kantornya. Smsnya lagi, " Bunda, dandan yang cantikya. Ayah promosi istriku keturunan timur tengah." Saya hanya tersenyum membacanya karena dia hanya meledek. DIa tau benar istrinya tidak pernah berdandan, dari awal dia kenal saya. Sorenya saat berangkat menuju stasiun, dia berpesan pada Aisha, "Dek, jaga Bunda buat Ayah ya." Diulurkannya tangannya untuk saya cium. Entah kenapa, agak lama baru saya sambut tangannya, saya cium pipinya, lalu agak lama dia tertegun, baru diciumnya pipi saya. Menjelang keberangkatan kereta, dia sms saya, "Bunda, kereta mau berangkat." Saya balas, "Ya... hati-hati di jalan"
1 Januari 2009
Sms dari suami saya..."Bunda, kita sudah sampai 15 menit yang lalu. Orang-orang (teman perjalanannya) lagi aku ajak makan." Paginya, dia telepon Sha, mengabarkan bahwa dia sudah sampai, ngobrol cukup panjang dengan Sha dan kemudian bilang, "Ya, Sha, nanti ayah pulang..."
Siangnya saya ganti sms mengabarkan saya dan Sha akan jalan-jalan di Senayan City melihat Dora. Lalu, tidak ada sms atau pun telepon yang masuk ke hp saya lagi.
2 Januari 2009
Sekitar pukul 06.00 saya tengok hp saya... tidak ada sms. Tumben, batin saya...
Pukul 06.30, saya kirim sms, "Yah, jadinya pulang kapan."
Pukul 06.45, ayah saya yang sedang ada di Semarang telepon, "Ika, sabar ya, Nak...suamimu kecelakaan. Sekarang di RS Cito Karawang."
Saya hanya bisa termangu... Tak lama, "Pa, gimana keadaannya...?" Jawab Papa, "Berangkatlah ke RS, nak. Ambil air wudhu, sholat." Saya lemas... tapi saya butuh akal sehat. Saya tidak sanggup berangkat ke RS. Terlintas di benak, suami saya sudah dipanggil-NYa. Saat itu, yang ada di rumah cuma saya, Sasha (Aisha) dan adik saya. Saya minta adik saya ke RS. Sebelumnya, menghubungi bude di Bekasi agar bisa sampai duluan ke rumah sakit.
Pukul 08.00, saya sholat...minta pada Sang Maha Pemilik untuk membuat saya tegar menghadapi apapun yang terjadi. Selesai saya sholat, tante saya menghambur memeluk saya..."Ika, suamimu sudah tiada...." Saya cuma bisa menjerit dan menangis, sebentar, karena saya sadar...ada Sasha...yang tadi sudah saya beritahu bahwa ayahnya kecelakaan, dan dia sudah bertanya apakah ayahnya berdarah karena kecelakaan itu....
Saya peluk Sasha, saya minta maaf padanya...karena ia telah menjadi yatim pada usia 3 th.
Pukul 08.05, Papa telepon, menanyakan apakah jenazah akan dibawa ke Jakarta atau ke Semarang, saya putuskan untuk menyerahkan kembali suami saya ke keluarga besarnya di Semarang dan sesuai yang pernah diamanahkannya ke saya...ia mau dimakamkan di dekat ayahnya.
Pukul 19.50. Jenazah tiba di Semarang. Adik saya yang mengiringi jenazah langsung saya cari... Saya cuma bisa tanya, apakah orang tercintaku kesakitan... Jawabnya singkat..."Kak, loe udah baca Mas Gagah kan... kira-kira, seperti itulah Mas Riza pergi... Dia pergi dengan tenang... (Mas Gagah means...Ketika Mas Gagah Pergi)
3 Januari 2008
Pukul 04.00, saya bangun dengan kehampaan luar biasa, kesedihan yang tak terkira... saya mencoba menangis lama, menghabiskan lara saya... Tapi saya tersadar, bahwa saya hanya dipinjamkan sebentar oleh Sang Maha Punya...bahwa adalah hak-Nya untuk mengambil apa yang DIa punya. Dan saya berterima kasih telah dipinjamkan seorang yang begitu baik untuk mengisi hidup saya. Lalu saya kembalikan suami saya kepada-Nya. Alhamdulillah, rasa hampa dan sedih itu serasa sirna, berganti dengan kekuatan serta tekad untuk meneruskan cita-citanya....
Pukul 09.00 Sasha bilang ingin melihat ayahnya. Saya tunjukkan pada Sasha bahwa ayahnya akan pergi ke rumah Allah dengan mobil berwarna coklat (karena ditempatkan di peti). Sha tanya, apa ayah nyetir mobil sambil duduk atau sambil tidur... Saya jawab, ayah nyetir sambil tidur karena sudah tidak bisa duduk lagi. Perjalanan ayah akan lewat bawah tanah. Sha bilang, kasian ayah, di bawah kan gak ada lampunya... Saya cuma jawab...dengan doa Sasha, ayah akan diberikan lampu terang oleh Allah...
Lalu Sha say good bye pada ayah seraya bilang we love you, ayah... Saya dan Sha berjanji untuk saling menguatkan.
Pukul 10.30, ayah Sha diantarkan ke rumahnya yang terakhir...
6 Januari 2009
Saya kembali ke Jakarta. Buku mbak Helvy memanggil saya untuk memulai membaca. Ternyata dugaan saya tak salah. Seharusnya, saya membacanya sejak awal, sehingga saya paham apa maksud suami saya... apa maksud dari kata-kata filsafatisnya...
Saya ingin menangis lagi...tapi tak bisa... Saya sudah sadar penuh, bahwa saya tidak punya hak atas apa-apa... Suami saya adalah hak penciptanya...
9 Januari 2009
Malam ini saya beranikan untuk membuka internet. Kawan-kawan MP yang sudah menyapa saya lewat MP maupun sms sudah memberikan kekuatan bagi saya.
Sebagaimana yang ditulis mbak Helvy di buku... Tiba-tiba Saudara... Ya, saya mendapatkan banyak kekuatan dari Saudara-saudara baru saya...
Saya bertekad untuk berbagi cerita saya untuk semua..., terutama mbak Helvy karena lewat buku Mbak Helvy, saya seperti mendapat pencerahan untuk menjadi diri saya yang lebih baik.
Dearest mbak Helvy,
Peer saya masih panjang... Peer untuk menjaga Aisha akan berat bila dilakukan sendiri...
Tapi saya yakin semua akan bantu saya...walau hanya sekedar membaca tulisan saya.
Oya, Saya sudah lama ikuti cerita mbak Helvy lewat annida semasa SMA dulu.... juga tentang FLP. Dan ternyata benar...menulis bisa jadi obat buat saya....
Wah...sudah pagi... saya harus berhenti menulis...
Well, semoga mbak Helvy bisa baca surat saya...
Salam hormat,
-ika-
Saat Kusentuh Jemarimu Dengan Mesra Author: Abu Aufa Jemari itu tak lagi lentik, terasa beda saat pertama kali disentuh kala malam pertama. Kulitnya bersisik dan berkerut, karena getir kehidupan. Guratan bekas parutan pun membuatnya bertambah kasar. Tak jarang jemari itu basah, menahan kristal-kristal bening yang menggenang di telaga mata, pedih... teringat pedasnya kata-kata yang pernah menusuk hati. Kala keheningan malam menjamu temaramnya rembulan, diukirnya do'a-do'a dengan goresan harapan, khusyu', berharap regukan kasih sayang dari Sang Pemilik Cinta. Hingga tubuh penat itupun bangkit, menatap belahan jiwa dengan tatapan cinta, kemudian perlahan dikecupnya sang kakanda dengan mesra. Indah... Sungguh teramat indah Al Qur'an melukiskannya, "Mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka." [Al-Baqarah 187] Adakah yang lebih indah dari rasa kasih sayang diantara kedua insan yang berlainan jenis dalam sebuah ikatan pernikahan? Ia adalah sebuah mitsaqan ghalidza (perjanjian yang kuat), karenanya yang haram menjadi halal, maksiat menjadi ibadah, kekejian menjadi kesucian dan kebebasan pun menjadi sebuah tanggung jawab. Dua hati yang berserakan akhirnya bertautan, ibadah... hanya itu yang dijadikan alasan. Keindahan cinta dalam sebuah mahligai pernikahan adalah harapan penghuninya. Cinta akan membuat seseorang lebih mengutamakan yang dicintainya, sehingga seorang istri akan mengutamakan suami dalam keluarga, dan seorang suami tentu akan mengutamakan perlindungan dan pemberian nafkah kepada istri tercinta. Cinta memang dapat berbentuk kecupan sayang, kehangatan, dan perhatian, namun bunga cinta tetaplah membutuhkan pupuk agar selalu bersemi indah. Karenanya, segala kekurangan akan menumbuhkan kebesaran jiwa, bahkan air mata yang mengalir itu pun adalah sebagai tanda kesyukuran kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena IA telah memberikan pasangan hidup yang selalu bersama mengharap keridhoan-Nya. Lalu, masihkah kehangatan itu nyata seiring bertambahnya usia pernikahan? Aaah... Kadang kita sebagai suami lebih sering bersikap dzalim. Kesibukan tiada henti, rutinitas yang selalu dijumpai, lebih menjadi 'istri' daripada makna istri itu sendiri. Masihkah ada curahan kelembutan dari seorang qowwam (pemimpin) yang teduh? Adakah belaian kasih sayang yang begitu hangat seperti kala pertama kedua hati bersatu? Saat-saat awal pernikahan, duhai sungguh romantis. Rona mata penuh makna cinta terpancar saat saling berpandangan, kedua tangan saling bergandengan, hingga jemari tersulam mesra. Tak lupa bibir melantunkan seuntai nada ...Sambutlah tanganku ini / Belailah dengan mesra / Kasihmu hanya untukku / Hingga akhir nanti... Amboi... sungguh membuat iri mata yang memandang. Malam dan siang silih berganti mewarnai hari, susah senang hilang timbul bagaikan gelombang laut, keluh dan bosan pun kadang menelusup, hingga akhirnya lirik lagu cinta pun meredup ...Sepanjang jalan kenangan kita selalu bergandeng tangan / Sepanjang jalan kenangan kupeluk dirimu mesra / Hujan yang rintik-rintik di awal bulan itu / Menambah nikmatnya malam syahdu... Akhirnya kemesraan pun hanyalah sekedar kenangan. Entahlah... Entah kemana canda yang dahulu pernah membuat istri kita tertawa bahagia, ciuman di kening seraya berpesan "Baik-baik ya di rumah," atau pun sekedar ucapan salam "Assalaamu alaykum ummi," saat akan keluar rumah. Bahkan, lupa kapan terakhir tangan ini menyentuh, menggenggam mesra jemari istri tercinta. Padahal dosa-dosa akan berguguran dari sela-sela jemari saat kedua tangan disatukan. Duhai Allah, Airmata itu pernah tumpah, deras bercucuran Luruh dalam isakan, menyayat kepedihan Hanya karena enggan jemari ini bersentuhan Ampuni diri yang dzalim ini yaa Allah Sadarkan, sebelum saatnya harus beranjak pergi Jauh, dan... tak akan pernah kembali Wallahua'lam bi showab. *IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA* Al-Hubb Fillah wa Lillah, |
Cinta...
Ini kiriman puisi terakhirmu untuk Bunda...
Terima kasih sudah kau nyatakan cintamu dengan segenap hatimu...
Aku pun mencintaimu dengan segenap jiwa ragamu...
Ya Rabb...
Kukembalikan orang tercinta yang pernah Kau kirim untukku
Dialah orang terbaik untukku dari-Mu
Dengan sepenuh hati kusadari
Bahwa tiada yang memiliki dia selain Mu
Hanya kupinta pada-Mu
Beri aku sedikit kekuatan-Mu
Untuk menghadapi semua ini
Pun sedikit ilmu-Mu
untuk memberi pemahaman bagi si kecil yang Kau titipkan juga padaku
Bahwa Ayahnya telah mendapat tempat terbaik di sisi-Mu
Ya Rabb,
Aku menyadari sepenuhnya bahwa hanya Kau yang berhak atas kami
dan hanya pada-Mu lah kami berserah...
Luv u, Ayah...
Always...
Ayah, betapa bunda kaget waktu buka e-mail bunda malam ini karena ini yang ada di list pertama inbox bunda... johan sends a champagne | |
|
To accept this gift please click the following link:
Message from johan :
Enjoy your gift,
Share ringtones, songs, documents with your Shtyle.fm friends. 100MB of online storage space with your account.
Ayah,
Thanks ya, Yah..atas kiriman champagne-nya dari surga
Ayah sudah pergi ke rumah Allah hari Jumat lalu tanggal 2 Januari
tapi masih sempat kirim hadiah buat Bunda hari ini.
Cinta,
Hari ini Bunda juga baru berani buka e-mail Bunda.
Bunda takut runtuh baca e-mail-email dari ayah.
Karena Bunda harus tegar buat Sasha...juga buat Bunda sendiri.
Ayah,
Hari ini genap 1 minggu Ayah pergi...
Rasanya baru kemarin Ayah say good bye mau ke Semarang
Rasanya baru kemarin AYah kirim puisi yang Bunda bilang gombal
Tapi ternyata Ayah sekarang sudah ada dalam dekapan-Nya.
Cinta,
Kamu pasti bangga...
Betapa banyak orang yang mengantarmu ke peristirahatan terakhir..
Sampe bikin macet jalan di Semarang
Betapa itu bukti bahwa begitu banyak orang yang menyayangi dan mencintaimu
Tapi ternyata Allah jauh lebih menyayangimu sehingga Ia ingin menjagamu sendiri...
Dipanggil-Nya Ayah lebih dahulu daripada kami, agar Ayah mendapat tempat terbaik di sisi-NYa
Cinta,
Jujur, aku kadang ingin marah...ingin teriak, kenapa kamu egois meninggalkan aku dan Sasha di sini
Terlebih saat Sasha bilang...kenapa Ayah kecelakaan? Sasha kan udah bilang Ayah untuk becareful tapi kenapa Ayah gak hati-hati jadinya Ayah kecelakaan...!
Ayah...gimana Bunda harus jawab pertanyaan dari gadis kecil 3 tahunmu itu...?
Apa yang harus Bunda bilang, Ayah?
Ayah,
Ayah sekarang sudah jauh dari Bunda...
Tapi seperti puisi yang akan Ayah berikan hadiah ultah buat bunda November lalu...tapi akhirnya Ayah ucapkan lisan...
Ayah akan selalu dekat dan hidup di hati Bunda, juga Sasha...
Saat Bunda butuh genggaman Ayah di saat Bunda lelah....BUnda yakin Ayah ada untuk menggenggam tangan Bunda.
Cinta,
Maafkan Bunda yang tidak pernah romantis ke Ayah...
Maafkan segala keluh Bunda yang selalu membuat Ayah bekerja lebih keras untuk menyenangkan Bunda...
Maafkan Bunda yang seringkali lalai melayani Ayah...
Tapi, Bunda selalu mencintai Ayah dengan segenap hati Bunda...
Semoga Allah menyatukan kita lagi pada saat kita dibangkitkan-Nya kembali...
Luv u, Cinta...
I always love you....
-bunda & sasha-
PS:
Ayah...kenapa kirimnya champagne...kan haram buat kita
besok lagi kirimnya coklat ya, hehehe
Smile, Ayaha...Bunda dan Sasha juga lagi smile kok
Lup u...