Tulisan ini terinspirasi dari kejadian yang terjadi akhir-akhir ini
Di saat saya menyadari, betapa berbedanya saya dibanding dengan anggota keluarga saya
Jujur, saya juga masih bingung, kenapa saya berbeda
Toh adik saya juga besar di lingkungan yang sama
Tapi kenapa saya bisa berbeda?
So, saya coba menelusuri apa-apa aja yang bikin saya terlihat beda
Sampai akhirnya, saya berkesimpulan pada satu hal
Yang bikin saya beda adalah standar kebahagiaan saya...
*lha iya laaaaaah...standar kebahagiaan orang dimana-mana juga bedaaaaaa, hihhihi*
Tapi gak papa deh, mungkin lama-lama, keliatan bedanya dimana sama orang-orang *makin gak jelas dot com*
Satu,
Keluarga saya seneng rame-rame, sementara saya lebih menyukai kesendirian
Well, bukannya saya suka sendirian terus, tapi saya lebih suka kalo ada suatu waktu yang memungkinkan saya sendirian aja.
Entah buat baca, entah buat nonton tivi, entah buat nulis, entah buat mantengin komputer, atau maen game.
I menghargai kesendirian seperti menghargai kebersamaan
Dua,
Saya sangat menghargai pertemanan, buat saya, teman adalah keluarga.
Sepertinya, hal ini sulit diterima oleh keluarga inti saya.
Saya menghargai teman-teman sebagaimana saya menghargai keluarga
Mereka adalah tempat saya bercerita saat saya gak bisa cerita sama keluarga saya
Mereka sama membantunya saat saya kesusahan, sama seperti keluarga
Yaaah, mungkin saya juga terlalu jaim sama keluarga saya
Saya pengen keliatan selalu baik-baik saja di depan keluarga karena gak mau mereka kuatir
Sementara, kalo sama teman-teman, saya bisa keluarkan apa saja
Aneh memang ya saya ini, hehehehe...
Tiga,
Saya bahagia bila bekerja di lingkungan yang tidak formal, sementara, keluarga sangat menghargai pekerjaan yang dilakukan di lingkungan formal (baca: BUMN atau PNS)
Saya memulai pekerjaan (yang gak pernah dianggap sebagai pekerjaan) di sebuah LSM kesehatan.
Saya bekerja (dan bermain, hehehehe) sebagai fasilitator di LSM itu.
Minatku terhadap kesehatan dan psikologi pun terasah di situ
Semua oranng di situ bebas berekspresi tanpa takut dihakimi
Tempat itulah, untuk pertama kali, membiarkan aku untuk jadi diriku sendiri
Gak perlu pake topeng apapun
Tempat itu adalah tempat katarsisku
Sampai akhirnya, aku pun ketemu jodohku...
Tapi, karena alasan yang sudah disebutkan di atas...
Demi restu dari orang tua
Harus aku tinggalkan tempat indahku itu
Dan bekerja dilingkungan yang harus "sendiko dawuh"
Yang semua aktivitasnya berdasarkan "atasan-bawahan"
Dan bahkan untuk ide pun, bila posisi masih berada di bawah, adalah suatu barang haram
Gak usah sampe ide deh, menjadi seorang bawahan yang "pintar" adalah suatu kesalahan
Buat saya kerja di BUMN, atau yang anaknya BUMN, memuakkan walaupun hal itu buat orang lain adalah suatu kebanggaan dan kebahagian
(hehehe,makin aneh ya :D)
Setelah ayah tiada, saya sempat kembali ke tempat itu
Tapi setelah dibiarkan 1 tahun bersenang-senang
Keluarga meminta saya untuk resign dari tempat itu
Akhirnya, saya pun keluar dari tempat itu
Tempat itu bukan gak ada cacatnya
Tempat itu bukan gak ada dukanya, tapi buat saya, tempat itu lebih ok dari tempat saya bekerja di mana pun juga
Buat saya, tempat itu adalah bahagia saya :)
Empat,
Saya suka melanglang buana, apalagi kalo gratisan. Keluarga saya cukup bahagia dengan berdiam di rumah.
Dari dulu saya bercita-cita untuk bisa bekerja sekaligus travelling
Di tempat saya dulu, hal itu dimungkinkan
Selama satu tahun bekerja kembali di tempat itu, saya sudah jalan-jalan eh kerja sampai keluar pulau jawa.
Tapi, hal itu tidak terlihat seperti bekerja buat keluarga saya
Jadi, ya, saya harus cari kerja yang duitnya banyak dan ditabung buat jalan-jalan
Lima,
Saya orang bebas, gak terlalu suka terikat. Keluarga saya punya pemahaman, bahagia itu harus berendeng-rendeng kemana-mana.
Saya gak pernah merasa keberatan kalo suami ada dimana-mana
Saat saya butuh seseorang, saya cukup punya keyakinan saja bahwa dia ada di sana
Saya gak takut dia serong atau selingkuh, karena itu adalah ujian buat kami
Dan kalau dia jatuh cinta sama seseorang yang bukan saya, saya rela melepasnya karena hal itu berarti membebaskannya untuk bahagia. Dan saya, bukanlah orang yang membuatnya bahagia. Dan itu tidak berarti saya gagal membuatnya bahagia, karena setiap orang bertanggung jawab atas kebahagiaannya sendiri.
Haha, lagi-lagi, saya merasa, saya benar-benar aneh ya
*ini keanehan datang dari mana sih ya??? heran*
Well, itu baru beberapa yang aneh
Masih banyak aneh-aneh lainnya
tapi, dimana saya sekarang berada dan bekerja dan hidup dan bersama siapa, bagaimanapun juga adalah pilihan yang memang harus dibuat dan harus dijalani.
Seperti kata Aa' Gym, kalo nasi udah jadi bubur, ya dijadiin aja bubur ayam biar lebih enak dan lebih mahal daya jualnya... hehehehe
Doakan saya berhasil bikin bubur ayam ya...
Semangaaaaaaat...!
*tulisan yang dibuat dalam rangka katarsis
No comments:
Post a Comment