Thursday, July 14, 2011
Tuesday, November 11, 2008
Sanggarku
Mostly karena aku sekarang ikut bantu-bantu di sanggar dan sasha juga dibikinkan kelas bermain di sanggar
Mungkin ada yang wondering, apa sih isinya sanggar itu...
Ini dia ceritanya...
Sanggar itu namanya adalah Sanggar Ilman Nafian atau biasa kita sebut SIN
Sekarang sanggar itu sudah dibuatkan bada hukumnya sebagai yayasan
Nama resmi yayasannya sih panjang banget, Yayasan Continuing Education Center Smartset.
Nama ini malah sempet diprotes dan gak diterima sama notaris (kalo gak salah) karena namanya gak Indonesia banget. Abisnya, susah sih cari padanan katanya di bahasa Indonesia.
Yang jelas, nama itu menggambarkan bahwa sanggar adalah tempat pendidikan berkelanjutan yang akan mencetak anak-anak cerdas.
Sejarahnya dimulai sekitar 8 tahun lalu. Mama mengambil pensiun dini dari sebuah BUMN karena sudah terlalu lelah dengan birokrasi yang ada. Maklum, mama termasuk orang yang cukup vokal di kantor. Setelah pensiun, mama jadi lebih banyak tau situasi di sekitar rumah.
Di lingkungan kami di Condet, banyak anak-anak yang sebenarnya cerdas tapi terhalang keterbatasan pendidikan orang tua dan ekonomi. Prihatin akan situasi tersebut, mama mengundang beberapa anak-anak di sekitar rumah untuk membentuk kelompok belajar.
Berangkat dari 5 anak, kemudian berkembang dan berkembang.
Di tahun 2003, kelompok belajar menjadi sanggar dan yayasan.
Sekarang jumlah murid aktifnya berkisar antara 80 orang, yang terdiri dari anak-anak usia 3 tahun sampai 15 tahun.
Semua biaya operasional ditanggung pribadi, walau kadang ada sumbangan dari teman-teman mama. Oya, mama punya warung kecil untuk tambahan biaya operasional
Di sanggar saat ini punya sekitar 8 fasilitator (sebenarnya bukan guru, karena tugas kita adalah menemani mereka belajar), dengan kegiatan: TPA, kelas bermain untuk umur 3-4 tahun, kelas membaca untuk TK, dan kelas pengayaan untuk SD kelas 1 - 3.
Malamnya untuk kelas belajar SD kelas 4 - 6 dan kelas 1 SMP - 3 SMP.
Dulu, anak-anak yang belajar tidak dipungut biaya
Tapi sekarang, untuk yang mampu dikenakan biaya 30rb per bulan
Untuk kelas pengayaan kalo gak salah 300rb untuk 6 bulan (atau setahun ya?) karena kelas pengayaan punya modul sendiri.
Kelas pengayaan ini salah satu materinya adalah budi pekerti karena kelas ini berangkat dari keprihatinan mama terhadap metode pengajaran sekolah konvensional yang cenderung materalistis dan mengejar habisnya bahan pelajaran.
Tapi memang hal ini memprihatinkan juga buat saya. Di kelas yang saya pegang, anak-anak tidak bisa membedakan kata depan bahkan kata dasar pun mereka tidak mengerti.
Semoga berawal dari sanggar ini, anak-anak mulai enjoying lagi their study time...
Enjoy...!!!
Cerita lain tentang sanggar bisa diliat di sini, di sini dan di sini
Foto: Pentas anak-anak SIN di acara buka bersama SIn & 1001buku
Akhirnya Ngajar Juga...
Sebetulnya moodku lagi gak bagus banget buat ngajar dan setelah postingan kemarin, ada bujukan-bujukan
Tapi, tetep aja rasanya kok gak bertanggung jawab ya kalo gak ngajar...
So,
Sepulang dari kantor aku langsung ke sanggar
Kirain Sha dan Mama udah di sana karena pintunya kuncian
Ternyata Sha dan Mama masih di rumah...
Karena udah terlanjur sampe sana, akhirnya aku nyiapin bahan deh
Berhubung gak mood, aku siapin aja lagu sama games
Jam 18.30, anak-anak udah pada kumpul
Anak-anak tanya..."Bunda, peraturannya masih berlaku gak?"
"Masih dong nak...supaya kelas gak rame sama kalian yang suka ngisengin temennya. Yang ngobrol di kelas, dihukum nyanyi... Yang colek-colek temennya dihukum joget, hehehehe"
Namanya hukuman kan mestinya menakutkan ya... tapi gak tau anak-anak ini seneng banget...
Yang lebih menguntungkan, kelas jadi lebih tenang karena anak-anak sudah menyepakati aturan ini bersama-sama...
Tapi ya namanya anak-anaka...yang namanya teriak-teriak dan iseng pasti lah dilakukan.
Gurunya kan baik hati juga, jadi gak langsung menghukum
Kelas dibuka dengan nyanyi dan gerak "Itsy Bitsy Spider"
Wah, bukan cuma Bunda yang semangat tapi anak-anak juga
Terus dilanjutin main snakeword
Sama main tebak-tebakan "who am I"
Seru deh pokoknya...
Bunda jadi semangat walaupun capek banget
Sampe rumah belum nyuci,
Udah ada tumpukan gosokan baju Ayah
Belum nggelar tempat tidur
Nungguin Ayah yang pulang jam 10 malem..
Njemur baju...
Huuuaaaah....capek deh...
Ntar sore ngajar lagi nih...
Untuk anak-anak kelas 3 SMP...
Ada ide biar semangat..????
foto dari om google
Thursday, March 27, 2008
Duh... Dunia Pendidikan Kita
Topiknya rasanya beraaaaat banget ya...
Aku tergerak nulis ini karena baru abiss baca buku fenomenalnya Andrea Hirata yang "Laskar Pelangi". Terus terang, buku itu membangkitkan kenangan-kenangan masa lalu waktu aku masih duduk di SD Kuntum Wijaya Kusuma Petang (sekarang SD Persit) yang keadaannya hampir-hampir mirip dengan SD Muhammadiyah-nya Laskar Pelangi.
Berbeda 180 derajat dengan SD Kuntum Wijaya Kusuma Pagi yang mirip dengan SD PN, kami yang hanya ber-29 orang waktu itu benar-benar merasa enjoy dengan kehidupan kami. Dan lagi-lagi itu adalah kenangan yang indah buat masing-masing pribadi
Tapi yang membuat saya ingin membahas masalah ini sebenarnya bukan semata-mata bukunya bang Ikal, melainkan keluhan mama saya yang sudah lebih dari sebulan ini selalu sama. Keluhannya kira-kira begini...."Duuuh, mama mesti gimana lagi ngajarinnya suaya anak-anak ini bisa....????"
BIsa apa sih???
Ya, bisa menangkap pelajaran dengan baik karena kebetulan mama punya sanggar belajar di rumah. Sanggar ini adalah hasil perluasan dari bimbingan belajar di rumah yang dimulai dari 5 orang siswa. Tapi jangan dibayangkan bimbingan belajar ini adalah bimbingan belajar yang mesti bayar mahal untuk tiap mata pelajarannya dan penuh dengan fasilitas lengkap. Bimbel itu diselenggarakan terkait dengan keprihatinan mama terhadap anak-anak di lingkungan sekitar rumah yang punya potensi tapi mereka gak punya biaya dan gak punya orang tua yang membimbing mereka belajar karena keterbatasan pengetahuan mereka. Para siswa ini mayoritas adalah penduduk asli jakarta. Peserta didik tidak dipungut bayaran dan beberapa dari mereka diusahakan mendapat beasiswa dari donatur sanggar yang tak lain adalah mama sendiri dan sumbangan dari teman-teman mama.
Sekarang sanggar sudah berkembang. Sudah ada 80 siswa aktif yang belajar di sana dan ada TPA yang gratis juga untuk para peserta didik. Dari beberapa peserta, ada yang membayar uang les karena mereka anak yang mampu. Tapi anak-anak sekitar rumah yang tidak mampu, tetap dibebaskan dari biaya. Mungkin istilahnya "subsidi silang". Toko yang mama buka juga bisa sedikit memberikan dana untuk keberlangsungan sanggar. Setidaknya untuk melengkapi koleksi buku-buku di perpustakaan yang bisa dipinjam peserta didik.
Kembali ke keluhan mama...
Akhir-akhir ini mama kerepotan menangani anak-anak yang dirasa mama adalah korban dari sistem pendidikan Indonesia. UAN atau apalah namanya, saat ini menjadi momok besar bagi pendidik dan yang dididik. Guru punya target untuk ngabisin pelajaran sesuai kurikulum. Siswa cuma disuruh beli buku, beli lks, terus dikasih tugas dari halaman 1 sampe 20, tanpa diajarin lebih dulu. Bahkan di beberapa kasus, untuk ngerjain tugas bahasa inggris perlu kaset yang harus didenger untuk Listening. Kalo tugas gak dikerjakan, siswa dimarahin. Padahal gimana cara ngerjainnya coba???
Terakhir mama mengeluh bahwa muridnya yang kelas 2 SMP gak melakukan apa-apa kecuali menunggu aba-aba mama untuk menulis. Apa yang diucapkan mama baru ditulisnya. Padahal sistem pengajaran mama bukan sistem belajar mengajar seperti di sekolah. Mama hanya bertindak sebagai fasilitator yang menemani siswa belajar. Siswa diberikan soal latihan yang sesuai dengan kemapuannya dan sedikit demi sedikit ditingkatkan apabila siswa sudah menguasai materi. Jadi, dalam satu waktu mama bisa menggabungkan murid sd sampai smp untuk belajar di satu ruangan karena gaya mengajar mama yang disesuaikan dengan individu siswa. Anak kelas 3 sd yang sama-sama belajar bisa berbeda kemampuannya dalam mengerjakan soal tergantung kemauannya untuk belajar dan kemauan dia untuk meningkatkan kemampuannya. Lha murid yang cuma menunggu seperti ini, kapan belajarnya dan kapan bisa meningkatnya?
Belum lagi, dua minggu yang lalu, ada serombongan ibu-ibu yang membawa anak-anaknya kelas 3 SMP, ber-8 orang, minta mama untuk mengajarkan anaknya matematika, bahasa inggris, bahasa indonesia dan pelajaran lain yang diujikan dalam UN tanggal 8 April nanti (kalo nggak salah). Mama cerita sama aku... "masa', ik, mereka itu nilai latihan ujian bahasa indonesia dapat 3. lha mama bilang, wah ini pasti anak modern nih yang pinter bahasa inggris sampe nilai bahasa indonesianya jeblok. dengan tersipu-sipu anaknya jawab "bu, bahasa inggrisnya dapat 2,". Lha...yang salah gurunya apa muridnya sih, ik..., kata mama. Dan kata mama lagi, "terus, ibunya dengan lantang dan yakin bilang...bu, saya bayar berapa aja deh yang penting anak saya lulus..." Huehahahah...kebayang deh wajah mama waktu denger si ibu bilang begitu....
Duh...pendidikan Indonesia....
Thursday, August 30, 2007
Finish....!!!!!!!!!!!!!
Tanggal 28 Agustus 2007, jam 15.00, akhirnya seorang ika dapet tambahan gelar MKn (bukan makan walaupun gue doyan makan... ) tapi Magister Kenotariatan.
Setelah kurang lebih 45 menit mempertahankan tesis dan diserang oleh seorang dosen yang gue gak tau dia sebenernya paham apa enggak tesis gue, akhirnya gue berhasil ngelewatin semua itu.
Tapi jujur, di ruang sidang, gue tiba-tiba ngerasa, kalo sebenarya sistem pendidikan kita salah banget.
Kenapa sih harus ada pertanyaan yang nadanya menyerang? Apa harus seorang dosen menjadi superior bagi mahasiswanya? Tidak bisakah beranya dengan nada yang memang menanyakan ketidakmengertian atau menyampaikan kritik dan masukan tanpa arogansi yang teramat besar?
Bukankah suatu tesis memang harus diuji kelayakannya dengan menanyakan sejauh mana si penulis mengerti dan paham apa yang ditulisnya? Bukan untuk dicari kesalahannya?
Mestinya, dunia pendidikan kita harus diperbaiki dan diubah paradigmanya. Sudah bukan jamannya lagi guru harus selamanya benar. Seharusnya, guru dan murid sama-sama terus belajar agar selalu berkembang, Jadi Indonesia tercinta ini tidak melulu berada di belakang.
Semoga kita semua belajar